LIntasindonesia.id, KOTAMOBAGU – Asisten II Pemerintah Kota (Pemkot) Kotamobagu, Siti Rafiqa Bora, Jumat 9 Juni 2023, menghadiri kegiatan penyerarahan bantuan bibit BARITO atau Bawang Rica dan Tomat kepada petani di Kotamobagu.
Kegiatan yang diselenggarakan oleh Bank Indonesia (BI) bekerja sama dengan Pemerintah Daerah setempat ini, di laksanakan di ruang pertemuan Kantor Kecamatan Kotamobagu Selatan.
Asisten II Siti Rafiqa Bora dalam kesempatan itu, menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya atas perhatian Bank Indonesia terhadap berbagai kegiatan di Kotamobagu yang tujuannya semata-mata untuk mewujudkan masyarakat sejahtera.
“Program Bank Indonesia ini, kami sangat bersyukur, diantara 15 Kabupaten dan Kota yang ada, pertama kali menerima bantuan bibit dalam rangka program Gerakan Menanam Cepat Panen untuk se-Indonesia yang diselerasikan dengan program Gubernur Bapak Olly Dondokambey, yakni “Mari Jo Torang Ba Kobong”.
“Untuk Kotamobagu tahun lalu mendapatkan bantuan bibit rica sebanyak sepuluh ribu. Tentu dengan adanya bantuan seperti ini kemudian ada pendampingan dari BI, selanjutnya beberapa waktu lalu juga beberapa desa di Kotamobagu mendapatkan bantuan seperti ini,” ujar Rafiqa Bora.
Lanjutnya, ini juga akan berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi. Dan merupakan usaha Pemerintah agar pertumbuhan ekonomi cepat berkembang serta inflasi tidak terlalu tinggi.
“Harga bahan pokok juga di pasar agar tidak terlalu tinggi supaya bisa dijangkau oleh masyarakat umum yang akan berimbas kepada kesejahteraan masyarakat dan pertumbuhan ekonomi kita yang bagus,” ujarnya lagi.
Sementara itu, Mitra Bank Indonesia YAKESMA Sulawesi Utara (Sulut) Anggono Wahyu Prasetyo menyampaikan, bahwa tujuan penyerahan bibibit BARITO ke masyarakat merupakan bentuk pengendalian inflasi.
“Nanti hasilnya untuk biaya pendidikan anak dan kesehatan,” ujar Anggono.
Untuk penerima bibit BARITO tersebut kata Anggono, sebanyak 200 orang keluarga prasejahtera. Masing-masing akan menerima bantuan 5 rica, 5 bawang dan 5 tomat dengan total bibit sebanyak 3000 polybag.
“Saya berharap bukan melihat jumlahnya, mungkin ini kecil tapi jangan dilihat jumlahnya tapi semangatnya,” tambahnya.
Sementara, salah satu klinik pertanian dari petani unggulan binaan Bank Indonesia Ashar Pramana Hatam, ST menyampaikan, mengelola lahan pertanian yang besar tidak akan bisa tercapai dengan tangan sendiri, pengelolaan terbaik adalah manajemen yang terstruktur.
Jika pola pikir salah maka hasilnya juga akan salah. Diumpamakan bagaimana kita merawat sesuatu yang kita tidak tahu apa yang harus kita lakukakan.
“Contoh pola pikir yang salah, sebelum memulai selalu melihat lebih dulu apa yang dibutuhkan tanaman itu sendiri dan bagaimana maunya. Ini menurut saya salah,” ujar Ashar.
“Kunci kesuksesan sebenarnya pada petani itu adalah pola pikir. Apa yang kita hasilkan itu yang kita peruntukan sebagaimana yang dibutuhkan oleh tanaman itu sendiri. Pahami dia sebagaimana adanya, dan perlakukan dia sebagaimana mestinya,” pungkas Ashar.
Sity Nurhadisa Limbanon